esehatan dan keselamatan kerja (K3) menjadi isu krusial yang perlu ditangani secara serius, mengingat kelelahan kerja seringkali menjadi pemicu utama tingginya angka kecelakaan kerja. Di kalangan pekerja sektor perikanan, khususnya perempuan di wilayah pesisir, isu ini menjadi semakin kompleks mengingat beban ganda yang mereka pikul. Selain berperan besar dalam perekonomian keluarga nelayan, kelompok perempuan pesisir yang seringkali terpinggirkan dan memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah, juga memiliki beban kerja yang tinggi dalam pengolahan ikan.
Menyadari urgensi permasalahan ini, Ibu Ana dan Bapak Isa melakukan penelitian mendalam untuk menganalisis tingkat kelelahan kerja berdasarkan beban kerja pada perempuan pengolah ikan di pesisir selatan Kabupaten Jember.
Menelisik Kelelahan di Balik Aroma Ikan: Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 75 istri nelayan yang berdomisili di Kecamatan Puger, yang merupakan fokus penelitian, menjadi responden dalam studi ini. Teknik proportional stratified random sampling digunakan untuk memastikan representasi yang proporsional dari populasi sasaran.
Data kuantitatif yang dikumpulkan mencakup faktor sosiodemografi (usia dan indeks massa tubuh/IMT), faktor pekerjaan (masa kerja, beban kerja, dan iklim kerja), serta tingkat kelelahan kerja. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan pengukuran langsung. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Spearman rank correlation coefficient, yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Beban Kerja Berat Picu Kelelahan Akut: Temuan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kelelahan kerja yang berat di kalangan perempuan pengolah ikan di pesisir selatan Jember cukup tinggi, mencapai 44,0%. Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa faktor risiko usia, masa kerja, dan beban kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kelelahan kerja. Semakin bertambah usia, semakin lama masa kerja, dan semakin berat beban kerja yang diemban, semakin tinggi pula risiko mengalami kelelahan kerja.
Sebaliknya, indeks massa tubuh (IMT) dan iklim kerja tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tingkat kelelahan kerja pada kelompok responden ini. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor seperti kondisi fisik individu (dalam batas tertentu) dan persepsi terhadap lingkungan kerja tidak menjadi pemicu utama kelelahan kerja dibandingkan dengan faktor usia, durasi kerja, dan beratnya tugas yang diemban.
Pentingnya Intervensi: Manajemen Waktu Kerja untuk Kesejahteraan Pekerja
Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa beban kerja yang tinggi menjadi penyebab utama tingginya tingkat kelelahan kerja di kalangan perempuan pengolah ikan di pesisir selatan Kabupaten Jember. Kondisi ini memerlukan perhatian serius dari para pemilik industri pengolahan ikan untuk segera mengambil langkah-langkah intervensi yang efektif.
Salah satu rekomendasi utama yang diajukan oleh Ibu Ana dan Bapak Isa adalah perlunya manajemen waktu kerja yang lebih baik. Pengaturan jam kerja yang lebih manusiawi dan disesuaikan dengan kapasitas fisik pekerja diharapkan dapat mengurangi risiko kelelahan kerja yang berlebihan. Selain itu, pertimbangan terhadap faktor usia dan masa kerja juga penting dalam penugasan pekerjaan.
Penelitian ini memberikan sumbangsih penting dalam memahami tantangan kesehatan kerja yang dihadapi oleh kelompok pekerja perempuan yang seringkali kurang mendapatkan perhatian. Temuan ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan dan program intervensi yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas perempuan pengolah ikan di wilayah pesisir, sekaligus mengurangi risiko kecelakaan kerja akibat kelelahan. Perhatian terhadap manajemen waktu kerja dan beban kerja menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi para pahlawan ekonomi keluarga di garis pantai.
Referensi:
Syamila, A. I., & Ma’rufi, I. (2024). Work Fatigue among Women Fish Processors on the South Coast of Jember District, Indonesia. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 13(2), 133–143. https://doi.org/10.20473/ijosh.v13i2.2024.133-143