Aktivitas pertambangan, meskipun memberikan kontribusi ekonomi, seringkali membawa dampak lingkungan dan kesehatan yang signifikan bagi masyarakat sekitarnya. Timbal, sebagai salah satu dari empat polutan logam berat paling berbahaya, dikenal beracun bagi kesehatan manusia dan diduga kuat terkait dengan sindrom metabolik (MetS), sebuah kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Menyadari potensi ancaman ini, Ibu Novia melakukan penelitian mendalam untuk menganalisis hubungan antara karakteristik responden, kadar timbal dalam darah (BLL), asupan nutrisi, dan aktivitas fisik terhadap MetS dan komponen-komponennya pada wanita usia subur di wilayah pertambangan Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka Belitung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus-kontrol, melibatkan 70 wanita usia subur (35 kasus dengan MetS dan 35 kontrol tanpa MetS). Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan Mann-Whitney untuk analisis bivariat, serta uji regresi logistik untuk analisis multivariat.
BMI dan Asupan Garam Tinggi Jadi Penyebab Utama MetS
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh (BMI) (p=0,000), asupan garam (p=0,017), dan asupan penyedap rasa (p=0,017) dengan kejadian MetS. Wanita dengan BMI yang lebih tinggi dan asupan garam serta penyedap rasa yang berlebihan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik.
Menariknya, meskipun timbal dikenal sebagai polutan berbahaya, analisis bivariat tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kadar timbal dalam darah (BLL) dengan kejadian MetS secara keseluruhan (p=0,473). Namun, penelitian ini menemukan adanya hubungan signifikan antara BLL dengan kadar kolesterol high-density lipoprotein(HDL-C) (p=0,019). Artinya, kadar timbal yang lebih tinggi dalam darah berhubungan dengan kadar HDL-C yang lebih rendah, yang merupakan salah satu komponen penting dalam menjaga kesehatan jantung.
Analisis Multivariat Tegaskan Peran Obesitas dan Asupan Garam
Hasil uji multivariat semakin memperkuat temuan sebelumnya. BMI (p=0,000; OR=7,995) dan asupan garam (p=0,030; OR=6,812) terbukti menjadi faktor risiko signifikan untuk terjadinya MetS pada wanita usia subur di wilayah pertambangan ini. Wanita dengan BMI di atas normal memiliki risiko hampir 8 kali lebih tinggi untuk mengalami MetS dibandingkan dengan wanita dengan BMI normal. Sementara itu, wanita dengan asupan garam yang tinggi memiliki risiko hampir 7 kali lebih tinggi untuk mengembangkan sindrom metabolik.
Kadar Timbal Ancam Kadar Kolesterol Baik
Meskipun tidak secara langsung terkait dengan kejadian MetS secara keseluruhan dalam analisis multivariat, temuan adanya hubungan antara BLL dengan rendahnya kadar HDL-C tetap menjadi perhatian penting. Paparan timbal, meskipun dalam kadar yang mungkin belum memicu MetS secara keseluruhan, berpotensi mengganggu metabolisme lipid dan menurunkan kadar kolesterol baik yang berperan melindungi jantung.
Rekomendasi untuk Wanita Usia Subur di Wilayah Pertambangan
Berdasarkan hasil penelitian ini, Ibu Novia dan tim peneliti memberikan rekomendasi penting bagi wanita usia subur yang tinggal di wilayah pertambangan:
- Jaga Berat Badan Ideal: Mempertahankan BMI dalam batas normal merupakan langkah krusial dalam mencegah terjadinya sindrom metabolik.
- Batasi Asupan Garam Harian: Mengurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari dapat menurunkan risiko MetS secara signifikan.
- Kontrol Paparan Timbal: Meskipun penelitian ini tidak menemukan hubungan langsung antara BLL dan MetS secara keseluruhan, penting untuk meminimalkan paparan timbal guna mencegah penurunan kadar HDL-C yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung. Upaya ini memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan perusahaan pertambangan, dalam memantau dan mengendalikan kadar timbal di lingkungan.
- Pola Makan Sehat dan Aktivitas Fisik: Menerapkan pola makan yang seimbang dan kaya nutrisi serta rutin melakukan aktivitas fisik juga merupakan bagian penting dalam pencegahan MetS dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai faktor-faktor risiko sindrom metabolik pada kelompok wanita usia subur yang rentan di wilayah pertambangan. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya intervensi kesehatan masyarakat yang berfokus pada pengendalian berat badan, pengurangan asupan garam, dan upaya meminimalkan paparan timbal untuk melindungi kesehatan wanita usia subur di lingkungan pertambangan. Perhatian yang lebih besar terhadap isu kesehatan ini diharapkan dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan yang lebih serius di masa depan.
Referensi:
Luthviatin, Novia, Setiani, Onny, Bagoes Widjanarko. 2025. Risk factors of metabolic syndrome in women of reproductive age at mining area. International Journal of Public Health Science (IJPHS). 13(4). DOI: http://doi.org/10.11591/ijphs.v13i4.24468