Resiliensi remaja, kemampuan untuk bangkit dan beradaptasi dari kesulitan, bukan hanya penting bagi perkembangan masa kini, tetapi juga menjadi fondasi ketahanan mental di masa dewasa. Sebuah studi mendalam yang dilakukan oleh Bapak Andre dan tim di Kota Surabaya, Jawa Timur, berusaha mengungkap berbagai faktor penentu tingkat resiliensi di kalangan remaja. Penelitian cross-sectional ini melibatkan 277 siswa SMA berusia 12-19 tahun, dengan fokus utama pada identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat ketahanan mental mereka.
Dari penelitian tersebut, terungkap beberapa hal penting. Ternyata, remaja yang tidak terlalu sering mengalami tekanan atau stres cenderung memiliki mental yang lebih kuat. Selain itu, pengetahuan tentang kesehatan mental juga berperan besar. Remaja yang memahami cara menjaga kesehatan pikiran dan emosi juga lebih mampu menghadapi tantangan. Namun, ada satu faktor yang muncul sebagai yang paling berpengaruh, yaitu kepuasan hidup. Remaja yang merasa bahagia dan puas dengan kehidupannya secara signifikan memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi.
Faktor-faktor lain seperti keharmonisan dalam keluarga, keberadaan orang dewasa yang bisa menjadi tempat curhat, dan perasaan aman di lingkungan rumah, sekolah, serta komunitas juga turut berkontribusi pada kekuatan mental remaja. Bahkan, bagaimana seorang remaja memandang citra tubuhnya dan apakah ia memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri juga berkaitan dengan tingkat resiliensinya.
Namun, dari sekian banyak faktor, kepuasan hidup menjadi yang paling menonjol. Penelitian ini menemukan bahwa remaja yang merasa tidak bahagia atau tidak puas dengan kehidupannya memiliki risiko lima kali lebih besar untuk menjadi individu yang kurang tahan banting dalam menghadapi masalah.
Oleh karena itu, para peneliti menyimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan ketahanan mental remaja di Surabaya perlu fokus pada peningkatan kepuasan hidup mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari membantu mereka menetapkan tujuan hidup yang jelas, mengembangkan kemampuan mengelola emosi positif, hingga memperkuat dukungan sosial dari keluarga dan teman. Selain itu, mengurangi tingkat stres, memberikan informasi yang mudah diakses tentang kesehatan mental, dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman juga menjadi langkah-langkah penting untuk membentuk generasi muda Surabaya yang lebih tangguh dan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih baik. Dengan demikian, perhatian dan upaya dari keluarga, sekolah, dan seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan remaja Surabaya yang memiliki ketahanan mental yang prima.
Referensi:
Rachmayanti R , Dewi F , Setiyawati D , et al. Determinants of Adolescent Resilience Levels in Surabaya City, East Java Province, Indonesia.Kesmas. 2025; 20(1): 57-64
DOI: 10.7454/kesmas.v20i1.1949
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/kesmas/vol20/iss1/8