Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (UNEJ) sukses menggelar Seminar Series XXIII Nasionaldengan mengupas tuntas isu krusial yang sering kali tersembunyi, yaitu “Menyingkap Luka Tak Kasat Mata: Sebuah Kajian Komprehensif tentang Aspek Gender, Kesehatan, dan Hukum dalam Kekerasan oleh Pasangan Intim.”

Seminar hybrid yang diselenggarakan pada Minggu, 26 Oktober 2025, secara offline di Auditorium Rumah Sakit Bina Sehat dan online melalui Zoom Cloud Meeting ini, menjadi forum penting untuk membahas Kekerasan Dalam Hubungan Intim (KDRT) dari berbagai perspektif multidisiplin.

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari jajaran pimpinan UNEJ, termasuk sambutan Rektor Universitas Jember, Dr. Ir. Iwan Taruna, M. Eng., IPM, dan sambutan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Jember, Dr. Farida Wahyu Ningtias, S. KM., M. Kes. Kehadiran pimpinan ini menunjukkan komitmen institusi dalam melawan isu kekerasan.

Sesi inti menghadirkan dua narasumber kompeten:

  1. Dr. Etik Permatasari, S.KM., M.Kes., Dosen Kesehatan Reproduksi FKM UNEJ, yang memberikan tinjauan dari sisi kesehatan dan reproduksi.
  2. Kalis Mardiasih, seorang Influencer dan Aktivis Perempuan, yang membawa perspektif gender dan pengalaman praktis dalam isu ini.

Diskusi dipandu oleh dua moderator dari FKM UNEJ, yaitu Devi Arine Kusumawardani, S. Keb., M. Kes (Dosen Peminatan Biostatistika) dan Citra Anggun Kinanthi, S. KM., M. Epid (Dosen Peminatan Epidemiologi). Para peserta diajak untuk memahami lebih dalam bagaimana kekerasan oleh pasangan intim tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga dampak mendalam pada aspek psikologis, sosial, dan implikasi hukumnya.

Seminar ini diselenggarakan oleh BEM FKM UNEJ dan menawarkan fasilitas menarik bagi peserta offline berupa Sertifikat ber-SKP, Seminar-Kit, Makan Siang, Snack, dan Suvenir, serta E-Sertifikat ber-SKP bagi peserta online. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik dan profesional tentang kompleksitas isu kekerasan oleh pasangan intim, serta mendorong upaya pencegahan dan penanganan yang lebih komprehensif di Indonesia.