Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia merayakan Hari Sumpah Pemuda, sebuah momentum bersejarah yang mengikat janji persatuan para pemuda 1928. Di tengah tantangan era digital dan kompleksitas isu kesehatan, semangat satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa kini harus dimaknai kembali menjadi satu tekad untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang paripurna.

Berbeda dengan perjuangan fisik di masa lampau, medan perang pemuda abad ini adalah ruang digital, di mana kabar bohong (hoax) tentang kesehatan menyebar cepat. Dalam konteks ini, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) menilai bahwa kaum muda, khususnya mahasiswa kesehatan, harus menjadi Garda Terdepan dalam Literasi Kesehatan dan agen perubahan sejati.

Satu Tanah Air, Satu Sistem Kesehatan Tangguh

Butir pertama Sumpah Pemuda, “Satu Tanah Air, Indonesia,” menuntut kesadaran bahwa kesehatan tidak boleh menjadi isu sektoral atau kedaerahan. Kepala program studi FKM [Nama PTN/PTS Anda, atau FKM UNEJ jika ingin dikaitkan], [Sebutkan nama dan gelar jika ada, atau gunakan saja “Pakar Kesehatan Masyarakat”], menyatakan, “Persatuan yang diikrarkan 97 tahun lalu kini harus diterjemahkan menjadi pemerataan dan ketahanan sistem kesehatan nasional.”

Menurutnya, pemuda memiliki peran vital dalam advokasi kebijakan untuk memastikan setiap warga negara, dari Sabang hingga Merauke, mendapatkan akses layanan kesehatan yang adil (health equity), bebas dari stunting, dan terlindungi dari ancaman penyakit menular.

Satu Bahasa, Melawan Hoax dan Membangun Literasi

Butir ketiga Sumpah Pemuda, “Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia,” mengajarkan pentingnya narasi yang menyatukan. Di era banjir informasi, “bahasa persatuan” kita adalah data dan fakta ilmiah.

“Kami putra dan putri Indonesia kini harus berikrar untuk menjunjung tinggi literasi kesehatan,” ujar [Ganti dengan narasumber/pengamat/mahasiswa KESMAS]. Ia menekankan bahwa penyebaran hoax kesehatan, seperti informasi sesat anti-vaksin atau pengobatan non-ilmiah, adalah ancaman nyata terhadap kesehatan publik.

Pemuda KESMAS didorong untuk memanfaatkan platform digital sebagai alat untuk:

  1. Mengkritisi Informasi: Mengajarkan masyarakat untuk memilah sumber informasi yang kredibel (dari Kemenkes, WHO, atau profesional).
  2. Edukasi Proaktif: Menyebarkan konten edukatif yang mudah dicerna tentang gizi seimbang, pentingnya imunisasi, dan pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM).

Kesehatan Mental sebagai Pondasi Kekuatan Pemuda

Makna Sumpah Pemuda juga kini merambah isu Kesehatan Mental. Revolusi mental yang dicanangkan pemerintah harus dimulai dari kesadaran kaum muda akan pentingnya kesejahteraan psikologis.

Tekanan akademik dan sosial di era digital sering kali mengancam kesehatan mental pemuda. Semangat juang Sumpah Pemuda hanya akan terwujud jika pemudanya memiliki jiwa yang sehat dan tangguh. Ini adalah tugas kolektif untuk menghancurkan stigma dan menciptakan lingkungan yang suportif. Pada Hari Sumpah Pemuda ini, tantangannya Pemuda Indonesia tidak hanya dituntut menjadi pewaris bangsa, tetapi juga pelopor kesehatan bangsa. Semangat persatuan 1928 adalah modal sosial terkuat untuk memastikan Indonesia yang tangguh di masa depan adalah Indonesia yang Sehat Jiwa dan Raga.

Selamat Hari Sumpah Pemuda. Teruslah berjuang untuk kesehatan bangsa!