Kondisi prediabetes—ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal dan berisiko tinggi menjadi diabetes—kini menjadi alarm serius di kalangan masyarakat pesisir. Sebuah penelitian lintas sektoral yang dilakukan oleh tim dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (Unej), yang dipimpin oleh Tri Damayanti Simanjuntak, bersama Farida Wahyu Ningtyias, Adistha Eka Noveyani, Citra Anggun Kinanthi, dan berkolaborasi dengan epidemiolog Puskesmas Sabrang, Pebrina Manurung, mengungkap prevalensi dan faktor risiko utama prediabetes di wilayah tersebut.


Prevalensi Cukup Tinggi: 16,19% Warga Pesisir Terkena Prediabetes

Studi yang berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Sabrang ini menggunakan desain cross-sectional dengan melibatkan 105 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa prevalensi prediabetes pada masyarakat pesisir di Sabrang mencapai 16,19%. Angka ini mendekati prevalensi global dan Indonesia, namun menunjukkan bahwa kondisi metabolik kronis ini perlu perhatian serius di wilayah pesisir.

Kondisi ini sejalan dengan data profil kesehatan Jember, di mana kasus diabetes di Puskesmas Sabrang terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (2020: 593 kasus hingga 2023: 629 kasus).


Faktor Risiko Utama: Obesitas Sentral dan Lingkungan Perkotaan

Penelitian ini berhasil mengidentifikasi faktor-faktor yang secara signifikan memengaruhi kejadian prediabetes:

  1. Obesitas Sentral: Analisis multivariat menunjukkan bahwa responden yang memiliki lingkar pinggang kategori obesitas sentral (penumpukan lemak di perut) berisiko 3,57 kali lebih tinggi terkena prediabetes, setelah variabel Indeks Massa Tubuh (IMT) dikontrol. Obesitas sentral menjadi indikator kuat penumpukan lemak visceral yang memicu resistensi insulin.
  2. Tempat Tinggal: Responden yang tinggal di wilayah perkotaan memiliki risiko 3,91 kali lebih tinggi mengalami prediabetes dibandingkan yang tinggal di pedesaan, setelah variabel IMT dikontrol. Hal ini dapat terkait dengan gaya hidup yang lebih sedenter dan pola konsumsi makanan di lingkungan urban.

Selain itu, uji Chi-square juga menemukan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dan tempat tinggaldengan kejadian prediabetes (p-value < 0,05).


Tindak Lanjut: Perlu Skrining Rutin dan Gentas

Temuan ini menjadi dasar penting bagi Puskesmas Sabrang dan pemerintah daerah untuk mengintensifkan upaya pencegahan. Peneliti merekomendasikan:

  • Skrining Kesehatan Rutin: Pelaksanaan skrining gula darah secara berkala dan masif, khususnya bagi masyarakat yang berisiko tinggi (obesitas dan tinggal di perkotaan).
  • Sosialisasi Prediabetes: Peningkatan edukasi mengenai bahaya prediabetes dan modifikasi gaya hidup sehat.
  • Dukungan GENTAS: Masyarakat dan pemerintah perlu berperan aktif dalam mendukung program Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) untuk mengurangi kasus obesitas sentral sebagai faktor risiko utama.