Di tengah perbincangan global tentang hak-hak perempuan dalam persalinan, sebuah penelitian penting dari Indonesia, yang dipimpin oleh Bu Devi, telah membuka mata kita terhadap realitas Pelayanan Persalinan Hormat (Respectful Maternity Care/RMC) di rumah sakit rujukan. Studi bertajuk “Respectful Maternity Care in Indonesia: A factor analysis with a multicenter study approach” ini bukan hanya sekadar data, melainkan cerminan bagaimana kita memperlakukan para ibu di momen paling sakral dalam hidup mereka.
Memahami Esensi RMC: Lebih dari Sekadar Medis
RMC adalah konsep yang menekankan aspek etika, psikologis, dan budaya dalam persalinan. Ini tentang bagaimana seorang perempuan diperlakukan, apakah ia memiliki suara dan kendali atas tubuhnya sendiri, ataukah hanya menjadi objek prosedur medis. Bu Devi menyoroti bahwa di Indonesia, meskipun penting, implementasi RMC belum sepenuhnya optimal. Ia melihat adanya dominasi intervensi medis seperti operasi caesar dan episiotomi, yang terkadang mengesampingkan otonomi perempuan. “Studi ini ingin menggali lebih dalam RMC dan faktor-faktor yang memengaruhinya di rumah sakit rujukan,” jelas Bu Devi, menegaskan urgensi penelitian ini.
Mengurai Benang Merah Pengalaman Bersalin
Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif, Bu Devi dan timnya melakukan penelitian potong lintang berbasis institusi multi-pusat. Mereka melibatkan ibu hamil di trimester kedua akhir dan trimester ketiga awal yang memeriksakan kandungan di beberapa rumah sakit rujukan. Dengan metode pengambilan sampel acak sederhana, mereka mengumpulkan data yang kemudian dianalisis menggunakan pendekatan regresi linear, untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang signifikan memengaruhi skor RMC.
Enam Kunci Penentu: Wajah RMC di Indonesia
Hasil penelitian ini sungguh menyoroti. Ada enam variabel krusial yang ternyata sangat memengaruhi skor RMC. Enam faktor itu adalah metode persalinan, persalinan lama, perdarahan pascapersalinan (PPH), pemeriksaan vagina berulang, episiotomi, dan pilihan posisi melahirkan. Keenam faktor ini, secara kolektif, menyumbang 44.1% dari pengaruh terhadap skor RMC. Angka ini menunjukkan betapa besar dampak intervensi dan prosedur medis terhadap pengalaman bersalin seorang ibu.
Sebuah Refleksi: Intervensi, Hak, dan Pengalaman Baik
Dari temuannya, Bu Devi menyimpulkan dengan tegas: intervensi medis seperti operasi caesar dan episiotomi, serta tindakan invasif yang berlebihan seperti pemeriksaan vagina berulang, secara langsung dan negatif memengaruhi skor RMC. Ini adalah panggilan keras bagi sistem kesehatan di Indonesia untuk berbenah. Studi ini menekankan pentingnya beralih ke pelayanan berpusat pada perempuan, di mana hak-hak ibu untuk menentukan dan mengelola persalinannya terlindungi.
“Yang menarik dari penelitian ini adalah bagaimana perempuan yang mengalami komplikasi sekalipun, seperti perdarahan pascapersalinan atau persalinan lama, masih bisa memiliki pengalaman persalinan yang baik jika RMC benar-benar diterapkan,” tutur Bu Devi. Ini adalah harapan, bahwa dengan fokus yang lebih kuat pada aspek kemanusiaan dan penghormatan, kita dapat menciptakan pengalaman persalinan yang positif dan memberdayakan bagi setiap ibu di Indonesia. Penelitian Bu Devi ini diharapkan menjadi landasan kuat bagi kebijakan dan praktik kesehatan di masa depan, demi persalinan yang lebih hormat dan bermartabat.
Referensi:
Farizi, S. Al, Frety, E. E., Setyowati, D., Izza, A., Azyanti, A. F., Fatmaningrum, D. A., & Kusumawardani, D. A. (2025). Respectful maternity care in Indonesia: A factor analysis with a multicenter study approach. Midwifery, 147, 104442. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.midw.2025.104442