Status gizi remaja di Indonesia kembali menjadi perhatian publik setelah sebuah riset yang dilakukan oleh Ibu Baiq Dewi Sukma Septiani dari Unej, bersama tim koleganya, mengungkapkan adanya korelasi signifikan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta asupan makronutrien dengan status gizi remaja.
Penelitian berjudul “The Association of Clean and Healthy Lifestyle Behaviors and Nutrient Intake With The Nutritional Status of Adolescents” ini menyoroti bahwa remaja merupakan kelompok rentan terhadap masalah gizi, mulai dari kekurangan gizi (undernutrition) hingga kelebihan gizi (overnutrition).

Status Gizi Remaja: Isu Kesehatan Publik Krusial

Dengan bertambahnya populasi remaja di Indonesia, masalah gizi pada kelompok usia ini menjadi perhatian kesehatan publik yang serius. Status gizi remaja memiliki implikasi besar terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan mereka, serta berdampak jangka panjang pada kesehatan saat dewasa.
Riset ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara Perilaku Gaya Hidup Bersih dan Sehat (PGHBS) (Clean and Healthy Lifestyle Behaviors/CHLB) dan asupan makanan terhadap status gizi remaja.

Metodologi dan Temuan Signifikan

Studi potong lintang (cross-sectional design) ini dilakukan di SMPN 18 Mataram dengan melibatkan 60 partisipan siswa. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman’s rank-order.

1. Korelasi PGHBS dan Status Gizi

Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara PGHBS (CHLB) dengan status gizi remaja (p=0.001, dengan p<0.05). Artinya, semakin baik praktik PGHBS yang diterapkan remaja, semakin baik pula status gizinya.

2. Peran Asupan Makronutrien

Asupan makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) juga ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi:
Karbohidrat: p=0.000
Protein: p=0.005
Lemak: p=0.001
Semua nilai p menunjukkan p<0.05, menegaskan bahwa jumlah dan kualitas asupan nutrisi utama ini sangat menentukan status gizi remaja.

3. Asupan Mikronutrien

Menariknya, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara asupan mikronutrien (Vitamin C dan Zat Besi) dengan status gizi (p=0.315 dan p=0.352, dengan p>0.05). Hal ini menunjukkan kompleksitas faktor yang memengaruhi status gizi yang diukur.

Implikasi dan Rekomendasi

Temuan riset ini menggarisbawahi pentingnya peningkatan kesadaran dan praktik PGHBS di kalangan remaja. Selain itu, perlu adanya dorongan untuk memastikan remaja mengonsumsi makro- dan mikronutrien dalam jumlah yang adekuat guna mendukung status gizi yang optimal. Riset dari tim ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi program intervensi kesehatan sekolah yang lebih terfokus, mengintegrasikan aspek gaya hidup bersih dan sehat dengan edukasi nutrisi yang tepat sasaran.

Referensi:

Sulistiawati F, Baiq Dewi Sukma Septiani, Romy Hidayat, Wijanarko MAV. The Association of Clean and Healthy Lifestyle Behaviors and Nutrient Intake With The Nutritional Status of Adolescents . woh [Internet]. 2025Jul.16 [cited 2025Nov.19];:270-9. Available from: https://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/1285