Pemberian ASI eksklusif (ASI eksklusif) merupakan fondasi penting bagi kesehatan dan perkembangan optimal bayi pada tahap awal kehidupan. Namun, realitas di Pulau Madura menunjukkan tantangan signifikan dalam mencapai target yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2022, angka pemberian ASI eksklusif di Madura hanya mencapai 37,9%, jauh di bawah target 50% yang diharapkan tercapai pada tahun 2025. Penelitian terbaru yang dilakukan dengan desain studi potong lintang terhadap 990 anak Madura mengungkapkan bahwa tempat persalinan memiliki pengaruh yang kuat terhadap praktik pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan memiliki peluang 1,939 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang melahirkan di fasilitas non-kesehatan (AOR 1,939; 95% CI 1,854-2,037). Temuan ini menggarisbawahi pentingnya peran fasilitas kesehatan dalam mendukung dan memfasilitasi praktik pemberian ASI eksklusif. Fasilitas kesehatan yang dilengkapi dengan tenaga medis terlatih dan sumber daya yang memadai dapat memberikan bimbingan, dukungan, dan edukasi yang diperlukan bagi ibu untuk memulai dan mempertahankan pemberian ASI eksklusif.
Selain tempat persalinan, penelitian ini juga mengidentifikasi sebelas variabel kontrol lain yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di kalangan masyarakat Madura. Variabel-variabel ini mencakup faktor demografis, sosial-ekonomi, dan perilaku kesehatan, seperti usia ibu, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, tingkat kekayaan, akses ke perawatan antenatal (ANC), dan inisiasi menyusu dini (IMD). Hal ini menunjukkan kompleksitas faktor-faktor yang memengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif dan perlunya pendekatan multidimensi dalam upaya peningkatannya.
Oleh karena itu, upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif di Madura memerlukan strategi yang komprehensif dan terkoordinasi. Pertama, akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak, terutama di daerah pedesaan, perlu ditingkatkan. Hal ini mencakup peningkatan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan, pelatihan tenaga medis, dan penyediaan sumber daya yang memadai. Kedua, edukasi dan konseling tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif perlu diperkuat, baik di fasilitas kesehatan maupun di komunitas. Program-program edukasi yang efektif harus dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif dan cara-cara praktis untuk mengatasi tantangan yang mungkin dihadapi.
Ketiga, mendorong persalinan di fasilitas kesehatan melalui program-program yang efektif, seperti program jaminan persalinan dan insentif bagi ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, juga penting. Keempat, peran tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada ibu menyusui perlu ditingkatkan. Tenaga kesehatan harus dilatih untuk memberikan konseling yang efektif dan dukungan praktis kepada ibu dalam memulai dan mempertahankan pemberian ASI eksklusif. Terakhir, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif di Madura dan untuk mengembangkan intervensi yang lebih efektif. Dengan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi, diharapkan target pemberian ASI eksklusif yang ditetapkan oleh WHO dapat tercapai di Pulau Madura.
Referensi:
Yoto, M., Laksono, A. D., Devy, S. R., Luthviatin, N., Nafikadini, I., Nandini, N., & Widyaningtyas, N. H. (2025). Encouraging Healthcare Childbirth to Increase Exclusive Breastfeeding: Evidence from Madurese, Indonesia: Mendorong Persalinan di Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif: Bukti dari Masyarakat Madura, Indonesia. Amerta Nutrition, 9(1), 45–54. https://doi.org/10.20473/amnt.v9i1.2025.45-54