Industri percetakan, dengan segala dinamikanya, menyimpan potensi risiko kesehatan bagi para pekerjanya. Salah satu bahaya yang mengintai adalah paparan xylene, sebuah pelarut yang umum digunakan dalam tinta dan proses pencetakan.Paparan xylene dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari karakteristik pekerja hingga kualitas lingkungan kerja. Menyadari pentingnya isu ini, tim peneliti yang terdiri dari Bapak Kurnia dan Ibu Dewi, beserta timnya, melakukan studi komprehensif untuk menyelidiki hubungan antara paparan xylene, profil darah, dan keluhan neurotoksik di kalangan pekerja percetakan di Surabaya.   

Penelitian observasional dengan desain cross-sectional ini melibatkan 30 pekerja yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode, termasuk kuesioner, dokumentasi, wawancara, dan pengukuran langsung di lingkungan kerja. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi konsentrasi xylene di lingkungan kerja (digunakan untuk memperkirakan dosis asupan), serta karakteristik pekerja seperti usia, masa kerja, jam kerja, status gizi, penggunaan alat pelindung diri (APD), kebiasaan merokok, dan kebiasaan berolahraga. Sementara itu, variabel dependen yang diamati adalah profil darah (eritrosit, trombosit, leukosit, LDL, dan kolesterol) dan keluhan neurotoksik yang dialami pekerja.

Konsentrasi Xylene di Bawah Ambang Batas, Namun Keluhan Neurotoksik Mengintai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun konsentrasi xylene di lingkungan kerja masih berada di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan, sejumlah pekerja tetap melaporkan adanya keluhan neurotoksik. Tercatat, sebanyak 16 pekerja (53,3%) mengalami berbagai gejala yang mengarah pada gangguan sistem saraf.

Lebih lanjut, hasil pemeriksaan profil darah para pekerja menunjukkan bahwa kadar eritrosit, trombosit, leukosit, LDL, dan kolesterol masih berada dalam rentang normal. Meskipun demikian, analisis statistik mengungkapkan adanya hubungan yang signifikan antara dosis asupan xylene dengan keluhan neurotoksik, serta antara dosis asupan xylene dengan profil darah. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun belum menyebabkan perubahan signifikan pada parameter darah secara keseluruhan, paparan xylene tetap memberikan dampak pada tubuh pekerja.   

Selain itu, penelitian ini juga menemukan hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerja dengan keluhan neurotoksik. Faktor-faktor seperti masa kerja yang lebih lama, kurangnya penggunaan APD yang memadai, dan kebiasaan merokok diduga berkontribusi terhadap peningkatan risiko munculnya gejala neurotoksik.

Rekomendasi untuk Lingkungan Kerja yang Lebih Sehat dan Aman

Berdasarkan temuan penelitian ini, tim peneliti memberikan sejumlah rekomendasi penting bagi perusahaan percetakan untuk memitigasi risiko kesehatan akibat paparan xylene. Langkah-langkah yang disarankan meliputi:

  • Peningkatan Sistem Ventilasi: Memastikan sirkulasi udara yang baik di area kerja untuk mengurangi konsentrasi xylene.   
  • Penciptaan Lingkungan Kerja yang Aman: Implementasi praktik kerja yang aman dan memastikan kepatuhan terhadap standar kesehatan dan keselamatan kerja.
  • Promosi Budaya Kesehatan dan Keselamatan: Meningkatkan kesadaran pekerja mengenai risiko paparan bahan kimia dan pentingnya tindakan pencegahan.
  • Pemeriksaan Kesehatan Reguler: Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja, khususnya yang terpapar risiko bahan kimia, untuk deteksi dini potensi gangguan kesehatan.
  • Penyediaan APD yang Sesuai: Menyediakan alat pelindung diri (APD) yang memadai dan memastikan pekerja menggunakannya dengan benar selama bekerja.

Studi ini memberikan gambaran penting mengenai potensi risiko kesehatan yang dihadapi pekerja percetakan akibat paparan xylene, meskipun dalam konsentrasi yang dianggap masih aman menurut standar. Temuan ini menggarisbawahi perlunya perhatian yang lebih besar terhadap aspek kesehatan dan keselamatan kerja di industri percetakan, serta implementasi langkah-langkah pencegahan yang efektif untuk melindungi kesehatan para pekerja. Dengan lingkungan kerja yang lebih sehat dan aman, diharapkan para pekerja percetakan dapat bekerja dengan produktif tanpa harus mengorbankan kesehatan mereka.

Referensi:
Tualeka, A. R. , Perumal, V. , Novianti, S. , Putro, G. , Ruyani, A. , Sari, D. K. , Muhammad, D. R. A. , Rokhmah, D. , Mukarromah, N. , Utami, T. N. , Wicaksono, R. R. , Rois, R. R. , Maryiantari, E. S. , Susmiati, S. , Santjaka, A. , Zurimi, S. , Rasako, H. , Nendissa, M. M. , Eko, N. , Wibowo, P. A. , Hardi S., I. , Rachman, R. F. , Salmah, U. , Irawan, R. J. , Sunardi, S. , Maharja, R. , Rahmania, A. , Akbar, K. A. , Nisa S., F. S. , Faradisha, J. , Hariastuti, I. , Chahyadhi, B. and Handoko, L. (2025). Impact of xylene exposure on blood profiles and neurotoxic symptoms among printing workers in Surabaya. Journal of Medicinal and Pharmaceutical Chemistry Research7(8), 1763-1773. doi: 10.48309/jmpcr.2025.487901.1496