Sebuah penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (UNEJ), Lylyan Amalia Mia Septya, bersama dosen pembimbing Ibu Devi Anne Kusumawardani, S.Keb., M.Kes., berhasil mengungkap faktor krusial dalam keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di kalangan perempuan yang menikah di usia muda, khususnya di Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Riset yang berjudul “The Role of Self-Efficacy in Contraceptive Use Among Early Married Women in Jember” ini menemukan bahwa efikasi diri (self-efficacy) memiliki hubungan yang kuat dan positif terhadap penggunaan kontrasepsi.

Program KB merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, namun pencapaian targetnya masih menghadapi tantangan di beberapa daerah. Kecamatan Silo, Jember, misalnya, pada tahun 2021 masih memiliki prevalensi pengguna kontrasepsi sebesar 72,88%, sekaligus masuk dalam tiga besar daerah dengan prevalensi pernikahan dini tertinggi di Jember selama periode 2020-2022. Fenomena ini menunjukkan adanya celah yang perlu ditangani, terutama mengingat perilaku penggunaan kontrasepsi, khususnya di kalangan perempuan yang menikah di usia muda, sangat dipengaruhi oleh efikasi diri. Efikasi diri mencakup kemampuan dan keyakinan seseorang dalam membuat keputusan serta menghadapi tugas-tugas tertentu.

Menganalisis Hubungan Efikasi Diri dan Penggunaan Kontrasepsi

Penelitian berdesain kuantitatif cross-sectional ini dilakukan di Kecamatan Silo, Jember, dengan melibatkan 93 sampel yang diperoleh melalui metode simple random sampling. Para responden diwawancarai menggunakan kuesioner efikasi diri yang diadaptasi dari teori Bandura, terdiri dari 18 pertanyaan yang kemudian dikategorikan menjadi efikasi diri tinggi dan efikasi diri rendah. Analisis data dilakukan dengan uji koefisien kontingensi (α<0,05) menggunakan perangkat lunak SPSS.

Temuan Kunci: Efikasi Diri Sangat Berperan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perempuan yang menikah dini (92.5%) telah menggunakan kontrasepsi, dengan sebagian besar (60.5%) memilih kontrasepsi suntik. Temuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan yang kuat antara efikasi diri dengan penggunaan kontrasepsi (nilai p=0.000), dengan koefisien korelasi sebesar 0.707. Angka ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi efikasi diri seorang perempuan yang menikah dini, semakin besar kemungkinannya untuk menggunakan kontrasepsi.

Implikasi dan Rekomendasi untuk Program KB

Studi ini menyimpulkan bahwa efikasi diri memiliki hubungan yang positif dan kuat dengan penggunaan kontrasepsi di kalangan perempuan yang menikah dini di Kecamatan Silo, Jember. Temuan ini memberikan dasar yang kuat bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan untuk meningkatkan implementasi dan pengawasan program pencegahan pernikahan dini.

“Ditemukannya peran penting efikasi diri ini membuka jalan baru bagi strategi intervensi. Bukan hanya sekadar memberikan informasi, namun juga perlu membangun keyakinan diri perempuan muda untuk mengambil keputusan terkait kesehatan reproduksi mereka,” jelas Ibu Devi Anne Kusumawardani.

Lebih lanjut, penelitian ini merekomendasikan perlunya memperkuat kerja sama antara fasilitas kesehatan dengan instansi terkait seperti Kantor Urusan Agama (KUA). Kolaborasi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sosialisasi mengenai penggunaan kontrasepsi dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan pasangan yang menikah dini. Dengan demikian, diharapkan target program KB dapat tercapai lebih optimal, sekaligus melindungi kesehatan reproduksi perempuan di usia muda.

referensi:
Septya LAM, Kusumawardani DA. The role of self-efficacy in contraceptive use among early married women in Jember. JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia) (Indonesian Journal of Nursing and Midwifery). 2025 Mar 31;13(1):112.