Stunting masih menjadi tantangan serius di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 21,6% pada balita, jauh di atas target WHO 2025 sebesar kurang dari 14%. Upaya pencegahan menjadi sangat krusial untuk menekan dampak buruk jangka panjangnya. Menjawab tantangan ini, sebuah penelitian inovatif dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (UNEJ) telah mengidentifikasi metode edukasi kesehatan yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik terkait gizi.

Penelitian berjudul “Memanfaatkan Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Praktik sebagai Alternatif untuk Mencegah Dampak Buruk Stunting (Leveraging the Aspects of Knowledge, Attitude, and Practice as an Alternative to Prevent Detrimental Impacts of Stunting)” merupakan kolaborasi mahasiswa FKM UNEJ, Jihan Darmaningtyas dan Yessinia Hanatha Pasha, bersama para dosen pembimbing Ibu Novia Luthviatin, Ibu Dwi Martiana Wati, S.Si., M.Si., dan Ibu Ninna Rohmawati. Studi ini berfokus pada efektivitas edukasi gizi sebagai upaya pencegahan dini stunting melalui penguatan pengetahuan, sikap, dan praktik konsumsi makanan sehat pada anak usia sekolah.

Metode Edukasi Inovatif untuk Anak Usia Sekolah

Penelitian ini menggunakan metode pre-experimental yang melibatkan 40 siswa berusia 13 hingga 15 tahun. Seluruh siswa menerima edukasi kesehatan gizi yang dikemas secara menarik melalui pertunjukan drama dan ceramah tentang makanan sehat. Selain itu, mereka juga diajak untuk mempraktikkan membawa bekal makanan sehat pada waktu-waktu tertentu. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan uji Friedman untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik sebelum dan sesudah intervensi.

Peningkatan Pengetahuan dan Praktik yang Signifikan

Analisis deskriptif menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata pada aspek pengetahuan, sikap, dan praktik setelah intervensi. Lebih spesifik, hasil uji Wilcoxon menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan (nilai p=0.035) antara sebelum dan sesudah intervensi.

Yang lebih menggembirakan, uji Friedman mengungkapkan peningkatan praktik yang sangat signifikan (nilai p<0.001) setelah intervensi. Bahkan, praktik membawa dan mengonsumsi bekal makanan sehat ini tetap konsisten hingga empat minggu setelah intervensi berakhir. Hal ini menunjukkan bahwa metode edukasi yang diterapkan tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga berhasil mendorong perubahan perilaku jangka menengah.

Rekomendasi Strategis untuk Pencegahan Stunting

Studi ini menyimpulkan bahwa intervensi yang menggunakan kombinasi pertunjukan drama, ceramah, dan praktik penyediaan bekal makanan sehat secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan praktik gizi di kalangan siswa SMP.

Temuan ini sangat berharga karena menunjukkan bahwa pendekatan edukasi yang kreatif dan partisipatif, seperti drama, bisa sangat efektif dalam membentuk kebiasaan sehat pada anak-anak. Ini bukan hanya tentang informasi, tapi juga tentang bagaimana informasi itu disampaikan agar melekat dan memicu aksi nyata.

Penelitian ini merekomendasikan agar intervensi serupa dapat diadopsi oleh pihak sekolah dan instansi terkait untuk mempromosikan kebiasaan membawa makanan sehat. Dengan demikian, diharapkan upaya pencegahan dampak negatif stunting dapat lebih masif dan efektif, dimulai dari kebiasaan makan sehat sejak usia sekolah.

Referensi:
Luthviatin, N., Rohmawati, N., Wati, D. M., Darmaningtyas, J., & Pasha, Y. H. (2024). Leveraging the Aspects of Knowledge, Attitude, and Practice as an Alternative to Prevent Detrimental Impacts of Stunting: Memanfaatkan Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Praktik sebagai Alternatif untuk Mencegah Dampak Buruk Stunting. Amerta Nutrition8(3SP), 240–247. https://doi.org/10.20473/amnt.v8i3SP.2024.240-247