ampak, penyakit menular yang disebabkan oleh virus Morbillivirus, masih menjadi ancaman kesehatan global. Pandemi COVID-19 yang melanda dunia telah membawa dampak signifikan terhadap berbagai program kesehatan, termasuk upaya pencegahan campak. Menyoroti hal ini, sebuah penelitian kolaboratif yang penting telah dilakukan oleh tim dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (UNEJ) bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang.
Riset berjudul “SUSPECTED MEASLES AND IMMUNIZATION TRENDS BEFORE AND DURING COVID-19 IN EAST JAVA, INDONESIA (Tren Kasus Suspek Campak dan Cakupan Imunisasi Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 di Jawa Timur)” ini merupakan hasil kerja sama antara Ibu Dr. Irma Prasetyowati, S.KM., M.Kes. dari FKM UNEJ, Bapak Munif Arifin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, dan alumni FKM UNEJ peminatan Epidemiologi yang kini menjadi epidemiolog, Meilinda Alya’ Putri Haryanik.
Menganalisis Karakteristik Campak dalam Dua Era Berbeda
Tujuan utama studi ini adalah menganalisis karakteristik epidemiologi kasus suspek campak sebelum dan selama pandemi COVID-19. Pemahaman terhadap tren ini sangat krusial untuk mengembangkan program pencegahan yang lebih efektif di masa mendatang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional, dengan populasi studi mencakup semua kasus suspek campak baik sebelum (2017-2019) maupun selama pandemi (2020-2022). Data diperoleh dari hasil pelacakan suspek campak dan hasil pemeriksaan spesimen campak IgM dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Analisis korelasi dilakukan menggunakan uji Chi-square.
Temuan Kunci: Usia dan Status Imunisasi Jadi Faktor Penting
Hasil analisis menunjukkan beberapa temuan signifikan:
- Usia (p = 0.00) dan status imunisasi (p = 0.00) memiliki hubungan yang signifikan dengan kasus suspek campak baik sebelum maupun selama pandemi COVID-19. Ini mengindikasikan bahwa kelompok usia tertentu dan status imunisasi seseorang sangat memengaruhi risiko terkena campak.
- Sebaliknya, jenis kelamin (p = 0.92) dan hasil tes laboratorium (p = 0.46) untuk suspek campak tidak menunjukkan hubungan yang signifikan sebelum dan selama pandemi.
Implikasi dan Rekomendasi: Optimalkan Cakupan Imunisasi
Studi ini menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara status imunisasi dan usia pada kasus suspek campak, baik sebelum maupun selama pandemi COVID-19. Hal ini menggarisbawahi pentingnya program imunisasi sebagai benteng pertahanan utama terhadap campak.
“Temuan kami menegaskan kembali bahwa imunisasi adalah kunci utama dalam upaya pengendalian campak. Fluktuasi cakupan imunisasi, terutama yang mungkin terjadi selama pandemi, bisa berdampak langsung pada peningkatan kasus,” jelas Ibu Dr. Irma Prasetyowati.
Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan optimalisasi cakupan imunisasi dan memastikan imunisasi dilakukan tepat waktu sesuai dengan usia yang ditentukan. Upaya ini menjadi sangat vital untuk mencegah lonjakan kasus campak di masa depan dan melindungi kesehatan masyarakat secara menyeluruh, terutama setelah periode di mana fokus kesehatan bergeser ke penanganan pandemi COVID-19. Kolaborasi lintas sektor dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi menjadi esensial untuk mencapai tujuan ini.
Referensi:
Arifin, M., Putri Haryanik, M. A., & Prasetyowati, I. . (2025). SUSPECTED MEASLES AND IMMUNIZATION TRENDS BEFORE AND DURING COVID-19 IN EAST JAVA, INDONESIA: Tren Kasus Suspek Campak dan Cakupan Imunisasi Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 di Jawa Timur. Jurnal Berkala Epidemiologi, 13(2), 126–132. https://doi.org/10.20473/jbe.V13I22025.126-132