Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember kembali menghasilkan riset yang menarik perhatian. Penelitian ini mengangkat tema “ Predisposing factors and husband’s support in the practice of feeding weaning food infants aged 6-12 months” Hasilnya mengungkapkan bahwa budaya dan dukungan suami memegang peranan penting dalam praktik pemberian MP-ASI yang tepat, sebuah temuan yang relevan untuk meningkatkan kesehatan bayi di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kemuningsari Kidul, Kabupaten Jember, dengan melibatkan 80 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan. Menggunakan pendekatan cross-sectional, para peneliti menganalisis hubungan antara berbagai faktor predisposisi—seperti pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, dan sikap—serta dukungan suami terhadap praktik pemberian MP-ASI. Dengan metode analisis statistik uji Chi-Square dan regresi logistik ganda, penelitian ini memberikan gambaran mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pemberian MP-ASI.

Hasilnya cukup menarik. Mayoritas responden, yaitu 67,5%, telah menerapkan praktik pemberian MP-ASI yang tepat. Namun, masih ada 32,5% ibu yang belum melakukannya dengan benar. Temuan menarik lainnya adalah adanya hubungan signifikan antara pekerjaan ibu (p=0,007), tingkat pengetahuan (p=0,023), sikap (p=0,004), budaya (p=0,000), dan dukungan suami (p=0,008) dengan praktik pemberian MP-ASI. Dari semua faktor tersebut, budaya muncul sebagai faktor paling dominan yang memengaruhi perilaku ibu dalam memberikan MP-ASI.

Budaya lokal ternyata memiliki pengaruh besar terhadap kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI. Misalnya, beberapa tradisi mungkin mendorong penggunaan bahan makanan tertentu atau cara penyajian yang kurang sesuai dengan kebutuhan gizi bayi. Di sisi lain, dukungan suami juga terbukti menjadi elemen penting. Suami yang terlibat aktif dalam mendukung istri mereka—baik secara emosional maupun praktis—dapat membantu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pemberian MP-ASI yang optimal.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya MP-ASI dan sikap positif terhadap praktik ini. Namun demikian, masih ada tantangan berupa kurangnya pemahaman teknis atau pengaruh budaya yang kurang mendukung. Dengan temuan ini, para peneliti berharap agar tenaga kesehatan dapat lebih memperhatikan aspek budaya dan peran keluarga dalam program edukasi gizi masyarakat. Selain itu, pelibatan suami dalam kampanye kesehatan ibu dan anak juga menjadi langkah strategis untuk meningkatkan keberhasilan program pemberian MP-ASI.

Penelitian ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana faktor sosial dan budaya dapat memengaruhi kesehatan bayi. Dengan pendekatan berbasis bukti seperti ini, diharapkan masalah gizi pada bayi dapat diminimalkan sehingga generasi mendatang tumbuh lebih sehat dan cerdas.

Riset ini menjadi salah satu langkah nyata mahasiswa FKM UNEJ dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pendekatan ilmiah berbasis data. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi program-program kesehatan serupa di berbagai daerah lainnya!

Referensi:

Lailiyah, E., Ningtyias, F., & Ratnawati, L. (2025). Faktor predisposisi dan dukungan suami dalam praktik pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 21(3), 96-106. doi:http://dx.doi.org/10.22146/ijcn.84840